Source : Google |
Cici. Begitu sapaannya. Dia adalah seorang mahasiswi semester tiga di salah satu kampus dengan jargon ‘world class university’ yang dikenal dengan UIN Suska Riau. Cici merantau dari kampung halamannya yang terletak di Kabupaten Indragiri Hulu. Dia dikandung dan dilahirkan di kabupaten tersebut yang di mana masyarakatnya masih berpegang teguh pada sistem paguyuban. Cici sangat mencintai kampung halamannya itu karena masyarakatnya yang begitu ramah dan suka membantu sesama.
Setelah dilahirkan
dan dirawat dengan penuh kasih sayang dari kedua orangtuanya, Cici pun tumbuh
menjadi anak yang baik dan periang. Menginjak usia enam tahun kurang lima
bulan, saking bahagianya, kedua orangtua Cici mendaftarkannya untuk masuk
Sekolah Dasar (SD). Kebahagiaan itu pun Cici rasakan juga karena ia memang
ingin sekali masuk sekolah. Tapi nasib berkata lain, usia Cici yang belum cukup
ideal untuk masuk SD membuatnya ditolak mentah-mentah di SD kebanggaan
masyarakat Bukit Lingkar tersebut.
Dengan menangis
tersedu-sedu, Cici digendong oleh Ayahnya. Cici sangat terpukul atas kejadian
yang menimpa dirinya itu. Melihat keadaan Cici, ayahnya sangat iba dan sedih
melihat putri bungsunya yang terus menangis karena iri melihat teman-temannya
dapat segera sekolah dan bisa jajan lontong sayurnya Bu Sari yang terkenal
kelezatannya di kalangan warga SD setiap hari. Ayahnya terus melangkah dengan
menggendongnya untuk pulang ke rumah.
Setelah satu tahun
kemudian, Cici kembali mendaftar di sekolah yang telah menolaknya tahun lalu. Dengan
semangat baru dan tentu dengan usia yang semakin ideal untuk menjadi siswi SD,
Cici dengan percaya diri mendaftar dan kali ini nasib baik menghampirinya. Yap,
Cici resmi menjadi siswi SDN 022 Bukit Lingkar. Di sekolah itu Cici mendapatkan
begitu banyak teman dan enam tahun kemudian ia lulus dari SD itu yang kini
berubah nama menjadi SDN 023 Bukit Lingkar.
Setelah lulus, guru
SD Cici menyarankannya untuk melanjutkan SMP di salah satu Sekolah yang ada di
Belilas. Kabar rekomendasi ini sampai ke telinga kedua orangtua Cici, dan
mereka langsung mengiyakan saran dari guru tersebut. Akhirnya Cici didaftarkan
di sekolah tersebut dan diterima. Dengan diterimanya Cici di SMP tersebut,
berarti ini momen dimulainya di mana Cici harus tinggal jauh dari kedua
orangtuanya. Cici harus ngekos karena
jarak sekolahnya yang cukup jauh dari rumahnya.
Seminggu pertama,
Cici terus menangis karena teringat akan kedua orangtuanya. Apalagi ditambah
dengan perlakuan anak bungsu si pemilik kos yang tidak begitu menyukainya. Cici
hampir saja menyerah dan ingin pulang saja. Tetapi, ia mengurungkan niatnya
itu, mengingat kedua orangtuanya yang sangat bahagia dan bangga kepadanya karena
sudah bisa hidup mandiri. Minggu demi minggu pun berlalu, Cici mulai nyaman dan
mendapatkan banyak teman baru yang berasal dari berbagai daerah yang juga sama
sepertinya tinggal jauh dari kedua orangtua mereka. Cici mendapatkan semangat
baru karena dia sadar bahwa dia tidak seorang diri yang jauh dari orangtuanya.
Tiga tahun kemudian
Cici lulus dari SMP tersebut dan melanjutkan sekolah di SMAN 1 Rengat. Sama seperti
saat masa SMP, Cici bersekolah dengan baik dan menjadi siswi yang taat pada
peraturan sekolah. Oh iya, saat SMA, Cici mengambil jurusan Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS), yang mana jurusan ini adalah jurusan yang sedari dulu dianggap
jurusan ‘buangan’ dengan siswa-siswinya yang bodoh dan bandel-bandel. Ketika memilih
jurusan tersebut, Cici harus beradu argumen dengan Wali Kelasnya karena guru
tersebut tidak setuju jika Cici memilih jurusan IPS. Tetapi Cici tetap teguh
dengan pendiriannya dan mantap memilih jurusan IPS. Tiga tahun berlalu, Cici
pun lulus dari sekolah yang mengajarkan banyak hal dan berbagai ilmu
pengetahuan yang akan bermanfaat di masa depan.
Pada saat setelah
melepas status siswi SMA nya, Cici berpikir keras untuk bisa lulus tes SBMPTN
Hubungan Internasional Unpad, setelah pengumuman SNMPTN di website meminta maaf
kepadanya dengan teks berwarna merah menyala yang bertuliskan bahwa Cici gagal
dalam seleksi ini. Tidak patah semangat, Cici berusaha mengikuti bimbingan
belajar (Bimbel) di salah satu lembaga Bimbel yang ada di Pekanbaru. Dengan mengorbankan
waktu liburnya sekitar tiga bulan itu, Cici belajar sungguh-sungguh pada saat
bimbel agar tidak terjadi kejadian penolakan yang serupa. Semangat Cici semakin
membara dikala teman-teman bimbelnya juga sama-sama memiliki impian yang sama
dengannya, yaitu ingin berkuliah di PTN favorit.
Tibalah hari H dari
tes SBMPTN tersebut. Cici mengikuti ujian SBMNPTN itu di kampus UNRI Gobah di
gedung F. Pada saat itu, Cici mengikuti tes dengan memilih jurusan Hubungan
Internasional Unpad yang mana
universitas impiannya yang dulu menolaknya ketika SNMPTN dan pilihan keduanya
yaitu jurusan Ilmu Komunikasi UIN Suska Riau sebagai pilihan alternatif. Ternyata
pada saat tes berlangsung, soal yang diujikan sangat sulit dan Cici sangat
pesimis. Dan benar saja, hati nurani tidak akan pernah berbohong. Cici ditolak
dan gagal untuk kedua kalinya. Tapi yang kuasa masih menyelipkan kebahagiaan
atas semua kesedihan Cici. Kebahagiaan itu diberikan oleh Allah dengan
menjadikan Cici mahasiswi UIN Suska Riau.
Cici kemudian
memberi tahu kedua orangtuanya dengan berpura-pura bahagia diterima di UIN
Suska. Keberpura-puraan itu Cici lakukan agar orangtuanya tidak merasa sedih
dan kecewa. Dan juga, Cici ingat pengorbanan kedua orangtuanya untuk memasukan
bimbel untuknya menghabiskan uang yang cukup banyak. Ya, meskipun ilmu
komunikasi adalah jurusan yang juga diinginkannya, tetapi kenangan impian ingin
menjadi mahasiswi Unpad terus saja menghantui pikirannya.
Sebulan setelah
mengikuti perkuliahan sebagai mahasiswi ilmu komunikasi, Cici masih teringat
akan impiannya untuk menjadi mahasiswi Unpad. Dan itu terus mengganggu
pikirannya, hingga di mana Cici merasa harus menyudahi impian tersebut dan
fokus kuliah sebagai mahasiswi UIN Suska. Cici berpikir bahwa ia tidak boleh
terus seperti ini, karena ia takut akan mengecewakan kedua orangtuanya yang
telah bersusah payah membiayainya untuk kuliah dan memenuhi segala kebutuhannya
tidak peduli betapa lelahnya mereka bekerja. Dengan hati yang ikhlas dan
berlapang dada, Cici menjalani perkuliahan dengan semangat yang baru dengan
membuang jauh-jauh impiannya untuk menjadi mahasiswi Unpad.
Tahun pertama dan
dua semester telah dilaluinya. Cici baru merasakan bahwa apa yang diinginkannya
tidak selalu apa yang lebih dibutuhkannya. Yang kuasa telah memberikan jalan
kesuksesannya melalui UIN Suska dan bukan melalui Unpad. Cici sekarang sudah
ada di semester ketiganya dan sudah memilih konsentrasi jurusan yang
diinginkannya. Ya, konsentrasi Jurnalistik kini menjadi dunia Cici dan ia
menikmati dunia barunya itu.
Ane kok rada sedih bacanya ya? Kereenn. Kebawa suasana.
ReplyDeleteAne kok rada sedih bacanya ya? Kereenn. Kebawa suasana.
ReplyDeleteWkwkwkwkwk bg isaaaann :)
DeleteCici kamu hebat sekalii 👍👍 Tuhan tahu yang kamu butuhkan meskipun itu bukan yang kamu inginkan. Semangat Cici 😘😘
ReplyDeleteTerima kasih ya :)
DeleteLanjutkan ya CICIII. sama kk dlu juga pengen masuk unpad huhu
ReplyDelete