Blogger templates

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Wednesday, September 27, 2017

Kebutuhan Bukan Keinginan


Hasil gambar untuk needs
Source : Google

Cici. Begitu sapaannya. Dia adalah seorang mahasiswi semester tiga di salah satu kampus dengan jargon  ‘world class university’ yang dikenal dengan UIN Suska Riau. Cici merantau dari kampung halamannya yang terletak di Kabupaten Indragiri Hulu. Dia dikandung dan dilahirkan di kabupaten tersebut yang di mana masyarakatnya masih berpegang teguh pada sistem paguyuban. Cici sangat mencintai kampung halamannya itu karena masyarakatnya yang begitu ramah dan suka membantu sesama.
Setelah dilahirkan dan dirawat dengan penuh kasih sayang dari kedua orangtuanya, Cici pun tumbuh menjadi anak yang baik dan periang. Menginjak usia enam tahun kurang lima bulan, saking bahagianya, kedua orangtua Cici mendaftarkannya untuk masuk Sekolah Dasar (SD). Kebahagiaan itu pun Cici rasakan juga karena ia memang ingin sekali masuk sekolah. Tapi nasib berkata lain, usia Cici yang belum cukup ideal untuk masuk SD membuatnya ditolak mentah-mentah di SD kebanggaan masyarakat Bukit Lingkar tersebut.
Dengan menangis tersedu-sedu, Cici digendong oleh Ayahnya. Cici sangat terpukul atas kejadian yang menimpa dirinya itu. Melihat keadaan Cici, ayahnya sangat iba dan sedih melihat putri bungsunya yang terus menangis karena iri melihat teman-temannya dapat segera sekolah dan bisa jajan lontong sayurnya Bu Sari yang terkenal kelezatannya di kalangan warga SD setiap hari. Ayahnya terus melangkah dengan menggendongnya untuk pulang ke rumah.
Setelah satu tahun kemudian, Cici kembali mendaftar di sekolah yang telah menolaknya tahun lalu. Dengan semangat baru dan tentu dengan usia yang semakin ideal untuk menjadi siswi SD, Cici dengan percaya diri mendaftar dan kali ini nasib baik menghampirinya. Yap, Cici resmi menjadi siswi SDN 022 Bukit Lingkar. Di sekolah itu Cici mendapatkan begitu banyak teman dan enam tahun kemudian ia lulus dari SD itu yang kini berubah nama menjadi SDN 023 Bukit Lingkar.
Setelah lulus, guru SD Cici menyarankannya untuk melanjutkan SMP di salah satu Sekolah yang ada di Belilas. Kabar rekomendasi ini sampai ke telinga kedua orangtua Cici, dan mereka langsung mengiyakan saran dari guru tersebut. Akhirnya Cici didaftarkan di sekolah tersebut dan diterima. Dengan diterimanya Cici di SMP tersebut, berarti ini momen dimulainya di mana Cici harus tinggal jauh dari kedua orangtuanya. Cici harus ngekos karena jarak sekolahnya yang cukup jauh dari rumahnya.
Seminggu pertama, Cici terus menangis karena teringat akan kedua orangtuanya. Apalagi ditambah dengan perlakuan anak bungsu si pemilik kos yang tidak begitu menyukainya. Cici hampir saja menyerah dan ingin pulang saja. Tetapi, ia mengurungkan niatnya itu, mengingat kedua orangtuanya yang sangat bahagia dan bangga kepadanya karena sudah bisa hidup mandiri. Minggu demi minggu pun berlalu, Cici mulai nyaman dan mendapatkan banyak teman baru yang berasal dari berbagai daerah yang juga sama sepertinya tinggal jauh dari kedua orangtua mereka. Cici mendapatkan semangat baru karena dia sadar bahwa dia tidak seorang diri yang jauh dari orangtuanya.
Tiga tahun kemudian Cici lulus dari SMP tersebut dan melanjutkan sekolah di SMAN 1 Rengat. Sama seperti saat masa SMP, Cici bersekolah dengan baik dan menjadi siswi yang taat pada peraturan sekolah. Oh iya, saat SMA, Cici mengambil jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), yang mana jurusan ini adalah jurusan yang sedari dulu dianggap jurusan ‘buangan’ dengan siswa-siswinya yang bodoh dan bandel-bandel. Ketika memilih jurusan tersebut, Cici harus beradu argumen dengan Wali Kelasnya karena guru tersebut tidak setuju jika Cici memilih jurusan IPS. Tetapi Cici tetap teguh dengan pendiriannya dan mantap memilih jurusan IPS. Tiga tahun berlalu, Cici pun lulus dari sekolah yang mengajarkan banyak hal dan berbagai ilmu pengetahuan yang akan bermanfaat di masa depan.
Pada saat setelah melepas status siswi SMA nya, Cici berpikir keras untuk bisa lulus tes SBMPTN Hubungan Internasional Unpad, setelah pengumuman SNMPTN di website meminta maaf kepadanya dengan teks berwarna merah menyala yang bertuliskan bahwa Cici gagal dalam seleksi ini. Tidak patah semangat, Cici berusaha mengikuti bimbingan belajar (Bimbel) di salah satu lembaga Bimbel yang ada di Pekanbaru. Dengan mengorbankan waktu liburnya sekitar tiga bulan itu, Cici belajar sungguh-sungguh pada saat bimbel agar tidak terjadi kejadian penolakan yang serupa. Semangat Cici semakin membara dikala teman-teman bimbelnya juga sama-sama memiliki impian yang sama dengannya, yaitu ingin berkuliah di PTN favorit.
Tibalah hari H dari tes SBMPTN tersebut. Cici mengikuti ujian SBMNPTN itu di kampus UNRI Gobah di gedung F. Pada saat itu, Cici mengikuti tes dengan memilih jurusan Hubungan Internasional Unpad  yang mana universitas impiannya yang dulu menolaknya ketika SNMPTN dan pilihan keduanya yaitu jurusan Ilmu Komunikasi UIN Suska Riau sebagai pilihan alternatif. Ternyata pada saat tes berlangsung, soal yang diujikan sangat sulit dan Cici sangat pesimis. Dan benar saja, hati nurani tidak akan pernah berbohong. Cici ditolak dan gagal untuk kedua kalinya. Tapi yang kuasa masih menyelipkan kebahagiaan atas semua kesedihan Cici. Kebahagiaan itu diberikan oleh Allah dengan menjadikan Cici mahasiswi UIN Suska Riau.
Cici kemudian memberi tahu kedua orangtuanya dengan berpura-pura bahagia diterima di UIN Suska. Keberpura-puraan itu Cici lakukan agar orangtuanya tidak merasa sedih dan kecewa. Dan juga, Cici ingat pengorbanan kedua orangtuanya untuk memasukan bimbel untuknya menghabiskan uang yang cukup banyak. Ya, meskipun ilmu komunikasi adalah jurusan yang juga diinginkannya, tetapi kenangan impian ingin menjadi mahasiswi Unpad terus saja menghantui pikirannya.
Sebulan setelah mengikuti perkuliahan sebagai mahasiswi ilmu komunikasi, Cici masih teringat akan impiannya untuk menjadi mahasiswi Unpad. Dan itu terus mengganggu pikirannya, hingga di mana Cici merasa harus menyudahi impian tersebut dan fokus kuliah sebagai mahasiswi UIN Suska. Cici berpikir bahwa ia tidak boleh terus seperti ini, karena ia takut akan mengecewakan kedua orangtuanya yang telah bersusah payah membiayainya untuk kuliah dan memenuhi segala kebutuhannya tidak peduli betapa lelahnya mereka bekerja. Dengan hati yang ikhlas dan berlapang dada, Cici menjalani perkuliahan dengan semangat yang baru dengan membuang jauh-jauh impiannya untuk menjadi mahasiswi Unpad.
Tahun pertama dan dua semester telah dilaluinya. Cici baru merasakan bahwa apa yang diinginkannya tidak selalu apa yang lebih dibutuhkannya. Yang kuasa telah memberikan jalan kesuksesannya melalui UIN Suska dan bukan melalui Unpad. Cici sekarang sudah ada di semester ketiganya dan sudah memilih konsentrasi jurusan yang diinginkannya. Ya, konsentrasi Jurnalistik kini menjadi dunia Cici dan ia menikmati dunia barunya itu.