Blogger templates

Friday, March 15, 2019

ODHA Haruskah Dijauhi?

Source: google

Apa yang pertama kali terlintas dikepala kita jika kita mendengar kata AIDS? Apakah penyakit yang mematikan? Penyakit aib? Atau yang lebih mirisnya akan berpikir bahwa orang dengan AIDS harus diasingkan dari kehidupan sosial? Sebelum berpikir liar, baiknya kita mengetahui apa sih AIDS itu.
AIDS merupakan singkatan dari Aquired Immune Deficiency Syndrom. Menurut Jonathan Weber dan Annabel Feeriman, AIDS yaitu sindrom cacat  yang didapatkan pada imunitas. Sindrom ini disebabkan oleh infeksi virus yang dapat menyebabkan kerusakan parah dan tidak bisa diobati. Virus AIDS akan menyerang sistem kekebalan tubuh pada pengidapnya. Untuk virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus atau yang lebih familiar dengan singkatan HIV.

Orang dengan AIDS sistem kekebalan tubuhnya akan terus melemah sehingga akan mudah terjangkit infeksi, tumor bahkan kanker tertentu. Penyakit ini benar-benar belum bisa disembuhkan meskipun sudah ada penanganan yang dapat memperlambat laju perkembangan virus. Oleh karena itu, tidak salah jika AIDS dijuluki sebagai penyakit yang menakutkan dan mematikan. Selain itu, orang juga sering menyebut bahwa AIDS adalah penyakit aib. Hal ini dikarenakan kebanyakan masyarakat kita menganggap AIDS adalah penyakit yang disebabkan akibat perilaku seks bebas dan penggunaan obat terlarang. Lebih dari itu, AIDS sendiri bisa disebabkan karena berbagai hal.

Mengingat bahayanya dan betapa menakutkannya penyakit ini, pengidapnya atau sering disebut dengan Orang Dengan HIV/AIDS  (ODHA) sangat membutuhkan semangat dan kasih sayang keluarga, orang terdekat, juga lingkungan sekitar. Tetapi, ODHA seringkali dijauhi dan diisolasi dari kehidupan sosial karena masyarakat takut tertular penyakit mematikan tersebut. 

Banyak sekali kasus-kasus memilukan yang menimpa ODHA. Data Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) pada tahun 2013 mencatat sebanyak 35 juta orang mengidap HIV/AIDS dari seluruh dunia. Dari sekian banyak ODHA, pasti kita pernah mendengar bahwa mereka tidak diperlakukan sebagaimana mestinya.

ODHA seringkali mendapatkan perlakuan buruk dikehidupan sosialnya. Banyak ODHA yang dipecat dari tempat ia bekerja, diceraikan oleh pasangannya, diisolasi dari kehidupan sosial, dihina, dan masih banyak lagi kisah pilu yang berkaitan dengan ODHA.

Seperti kasus tahun 2014 yang menimpa Kun Kun bocah asal Cina seorang pengidap AIDS. Pada 14 Desember 2014 Kun Kun diusir dari kampung halamannya. Sekitar 200 orang menandatangani untuk mengisolasi Kun Kun dari kehidupan sosialnya. Mirisnya, Kakek Kun Kun ikut mendandatangani pengusiran cucunya tersebut. Kun Kun sendiri didiagnosa mengidap HIV/AIDS pada tahun 2011, yang mana penyakitnya itu ia dapatkan dari sang ibu.

Tidak hanya lingkungan sekitar dan keluarganya yang ingin membuang Kun Kun, sekolah tempat Kun Kun menimba ilmu juga telah memberhentikan Kun Kun untuk terus menuntut ilmu. Selain itu, hinaan dan cacian dari teman-temannya juga sering ia dapatkan. Kun Kun dianggap membahayakan orang lain karena penyakitnya itu.

Sebenarnya sudah tidak heran jika di Cina ODHA diperlakukan dengan buruk dan juga di diskriminasi oleh lingkungan sekitar. Tetapi yang disayangkan adalah ketika pihak medis juga memperlakukan hal-hal buruk seperti tidak mau merawat pasien pengidap ODHA. Padahal seharusnya pihak medislah yang memberikan edukasi kepada masyarakat bahwa pengidap ODHA tidak harus dijauhi dan diasingkan dari kehidupan sosial.

Lebih dari itu, pengidap ODHA seperti Kun Kun harus mendapatkan perhatian khusus mengingat usianya yang masih sangat muda. Jika kita bisa menempatkan posisi menjadi Kun Kun, apakah kita mau mengidap penyakit mematikan tersebut? Tentunya tidak. Apalagi Kun Kun mengidap penyakit tersebut karena diturunkan dari ibunya, sudah bisa kita bayangkan betapa bingungnya dan sedihnya menajdi Kun Kun. 

Disaat usianya yang masih kanak-kanak yang seharusnya mendapatkan kasih sayang kedua orangtuanya atau keluarganya, tetapi Kun Kun harus berjuang sendiri melawan penyakitnya dan menahan cercaan, serta hinaan dari keluarga dan lingkungannya. Kun Kun dan pengidap ODHA diseluruh dunia tidak diperbolehkan dan tidak seharusnya mendapatkan perlakukan buruk, baik dari kelurga maupun masyarakat. Kun Kun dan pengidap ODHA butuh bimbingan dan kasih sayang serta semangat untuk tetap kuat menjalani kehidupannya. Seharusnya begitu.

Lain halnya kasus yang dialami Vivi. Dikutip dari Vivanews, Vivi merupakan seorang pengidap AIDS yang ia dapatkan dari suaminya. Sudah sepuluh tahun Vivi mengidap AIDS. Vivi mengaku tidak mengetahui jika suaminya mengidap AIDS karena perilaku suaminya yang memakai narkoba jarum suntik. Ketika sudah memiliki anak, Vivi curiga mengapa sariawan dan diare pada sang anak tak kunjung sembuh. Kemudian Vivi menanyakan kepada sang suami apakah suaminya mengidap AIDS.
Karena didesak, suaminya kemudian mengakui bahwa dirinya ODHA. Vivi mengatkan awalnya sang suami tidak mau jujur tentang penyakitnya itu. sehingga Vivi dan anaknya ikut tertular penyakit mematikan tersebut. Dalam kasus yang menimpa suami Vivi, seharusnya sang suami berkata jujur agar resiko menularkan AIDS kepada Vivi seharusnya dapat dicegah. Karena ketidak-jujurannya itu, Vivi dan anaknya ikut mengidap penyakit yang mankutkan tersebut.

Sebenarnya kita juga tidak boleh menyalahkan suami Vivi karena ketidak-jujurannya itu. sekali lagi, kita tidak boleh serta merta menyalahkan suaminya karena ‘ketidak-jujurannya’ dalam mengidap AIDS. Jika kita kilas balik terhadap kasus yang menimpa Kun Kun, mungkin sang suami takut akan ditinggal oleh Vivi bahkan keluarganya sehingga ia tidak jujur. Karena tidak bisa dipungkiri masyarakat kita memang msih banyak yang kurang teredukasi tentang apa itu penyakit AIDS secara rinci, bagaimana penularannya, dan kebanyakan masyarakat percaya ODHA tidak boleh didekati, diajak bicara, atau bersentuhan.

Letak kesalahan Suami Vivi adalah ketika ia tidak jujur, ia juga tidak memberikan solusi bagaimana agar istrinya tidak tertular penyakitnya tersebut. Saling keterbukaan sangat dibutuhkan dalam mencegah penularan penyakit ini. andai saja Suami Vivi berkata jujur, tentu Vivi tidak akan mengalami nasib yang sama. 

Penularan HIV/AIDS seperti kasus Vivi seharusnya menjadi perhatian semua pihak. Banyak sekali ibu rumah tangga yang terpapar virus HIV/AIDS karena kebiasaan sang suami yang suka ‘jajan’ akibatnya sang istri mengidap HIV/AIDS. Masih dari Vivanews, pada tahun 2011 tercatat sebanyak 39,32% ibu rumah tangga terinfeksi virus HIV/AIDS dari suaminya karena pemakaian narkoba jarum suntik dan seks bebas.

Dilansir dari PenyakitAIDS.org, cara penularan AIDS yang pertama lewat hubungan seks. Yang kedua yakni melalui transfusi darah, untuk itu jika ingin mendonorkan darah atau transfusi harus pastikan bebas dari penyakit HIV/AIDS. Selain itu, penggunaan jarum suntik secara bergantian juga bisa berpotensi menularkan HIV/AIDS.

Selanjutnya yang ketiga cara penularan HIV/AIDS adalah ketika ibu pengidap ODHA sedang hamil, penularan HIV/AIDS bisa ditularkan ketika bay masih di dalam kandungan atau juga setelah bayi dilahirkan. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif juga bisa menularkan AIDS kepada bayi.
Menganalisa dari cara penularan HIV/AIDS di atas, berbuat baik dan memperlakukan pengidap ODHA dengan baik bukanlah salah satu dari cara penularan AIDS. ODHA butuh dukungan, semangat serta perlu dirangkul dikehidupan sosialnya, bukannya malah dijauhi bahkan diisolasi dari lingkungannya. Dikehidupan sosial, baik Orang dengan HIV/AIDS ataupun tidak, seharusnya memiliki status sosial yang sama. Berinteraksi dan bersosialisasi dengan ODHA tidak akan tertular HIV/AIDS, kecuali melakukan tiga poin cara penularan AIDS di atas.

Perlu ditegaskan kembali, ODHA butuh teman, keluarga dan lingkungan yang sehat sama seperti manusia lainnya. Bisa dibayangkan betapa beratnya pengidap ODHA menerima kenyataan bahwa dirinya mengidap penyakit yang mematikan, penyakit yang seringkali dianggap aib oleh masyarakat. Untuk itu, temani dan rangkul para pengidap ODHA agar semangat menjalani hidup dan untuk tetap hidup sehat.

0 comments:

Post a Comment